Puro Mangkunagaran, atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya>

Festival Payung Indonesia 2017 di Puro Mangkunegaran

Perwakilan Puro Mangkunegaran, Didik Wahyudiono memberikan informasi kepada pers di Prangwedanan, (8-08-2017)
Perwakilan Puro Mangkunegaran, Didik Wahyudiono memberikan informasi kepada pers di Prangwedanan, (8-08-2017)

Dengan tema Sepayung Indonesia, Festival Payung Indonesia (FPI) 2017 akan diselenggarakan di Puro Mangkunegaran tanggal 15 -17 September 2017. Sebuah istana megah dan bersejarah di tengah Kota Solo yang didirikan oleh KGPAA Mangkunegara I atau Raden Mas Said pada tahun 1757. Melalui gelaran ini upaya merajut bersama rasa persatuan dan kebersatuan bangsa, menghargai perbedaan dalam keberagaman berteduh bersama di bawah Payung Indonesia, Pancasila.

Pameran 127 payung rajut karya perajut dari berbagai kota di Indonesia akan merepresentasikan keberagaman dan kreativitas  berbagai daerah diantaranya Lhokseumawe, Medan, Lampung, Tangerang, Depok, Sukabumi, Purwokerto, Kudus, Malang, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Madiun, Bali, Surabaya, Jakarta, Boyolali, Pati, Sukoharjo, Makassar, Klaten, dan Pacitan.

Selain pameran payung, even ini juga menampilkan pameran fotografi payung yang terdapat pada relief candi zaman klasik (Hindu-Budha) di Indonesia. Ini bukti arkeologis bahwa payung sudah ada di masa lalu. Payung telah hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat nusantara masa lalu. Juga pameran fotografi keberadaan payung di zaman kolonial Belanda, menunjukkan bukti bahwa di era kolonial telah hadir industri kerakyatan kerajinan payung.

Untuk terus belajar tentang nilai-nilai dan spirit hidup dipentaskan tari- tarian oleh Maestro Tari seperti Dariah (Banyumas), Ayu Bulantrisna Djelantik (Bali), Rusini (Solo), Retno Maruti (Jakarta), Didik Nini Thowok (Yogyakarta), dan lbu Hj. Munasiah Daeng Jinne (Makassar) akan memberi inspirasi kepada kaum muda tentang bagaimana berkomitmen terhadap dirinya dan berkarya. Pembuat payung tradisional yang sudah sepuh juga merupakan sosok Maestro – yang mempunyai keberanian pada suatu pilihan hidup dan terus berkomitrnen berkarya di jalan sunyi.

Suasana jumpa pers Festival Payung Indonesia 2017, Prangwedanan Puro Mangkunegaran (8-09-2017)
Suasana jumpa pers Festival Payung Indonesia 2017, Prangwedanan Puro Mangkunegaran (8-09-2017)

Menurut Direktur Project Festival Payung Indonesia 2017Heru Prasetya, ada dua misi yang diusung di acara ini, yakni pelestarian dan pengembangan. Di bagian pelestarian, panitia mengundang desa-desa perajin payung untuk memberikan workshop pembuatan payung. Desa-desa yang diundang berasal dari Klaten, Kendal, Bali, Yogyakarta, dan lainnya. Heru berharap para perajin payung tersebut bisa saling berbagi ide dan pengalaman.

Untuk misi pengembangannya, salah satu yang dilakukan Festival Payung Indonesia 2017 adalah mengajak sanggar-sanggar tari untuk mementaskan karya yang menggunakan payung sebagai properti. “Dari festival inipun, sanggar-sanggar tari menciptakan tarian-tarian payung baru, sehingga misi melestarikan dan mengembangkannya bisa sejalan,” ujarnya.

Selain menampilkan aksi sanggar tari, Festival Payung Indonesia 2017 juga mengajak empat desainer untuk pamer karya dalam Umbrella Fashion Show. Keempat desainer tersebut yaitu Rory Wardana (Solo), Maharani Setyawan (Klaten), Ofie Laim (Bandung), dan Dian Oerip (Jakarta).

“Yang tak kalah menarik akan ada juga pencanangan sister festival. Festival payung di Solo dengan festival payung yang ada di Thailand, yaitu Bo Sang Umbrella Festival. Jadi nanti kita bekerja sama dan saling promosi festival masing-masing. Diharapkan Festival Payung Solo dapat dikenal negara lain,” urai Direktur Project Heru Mataya.

Sementara itu, Didik Wahyudiono mewakili Puro Mangkunegaran menyampaikan keterbukaannya terhadap kegiatan dengan nilai yang positif berkaitan dengan kesenian dan kebudayaan di masyarakat.

Menurutnya, Mangkunegaran juga sudah mulai menata diri untuk memaksimalkan cagar budaya yang ada agar dapat menginspirasi dan berdampak luas. “Saya berharap event ini tidak berhenti sampai di sini, dan rencananya akan dijadikan event tahunan oleh Mangkunegaran,” harapnya.

Didik juga berharap, lewat gelaran Festival Payung Indonesia 2017 bisa semakin mengenalkan Puro Mangkunegaran dan Kota Solo di mata dunia. “Paling tidak nanti bisa sejajar dengan festival serupa yang ada di Thailand yang sudah kuat, serta bisa menambah jumlah pariwisata untuk datang ke Solo,” ujarnya.

1 Comment on Festival Payung Indonesia 2017 di Puro Mangkunegaran

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*