

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VIII adalah penguasa Mangkunegaran terakhir yang mengalami transformasi kekuasan masa kolonial Belanda dan masa Indonesia merdeka. Mangkunegara VIII dilahirkanpada tanggal 7 April 1925 dengan nama Raden Mas Hamidjojo Sarosa.
Pada masa pemerintahannya, Mangkunegara VIII menghadapi arus perubahan politik yang dinamis. Daerah Istimewa Surakarta yang belum lama dibentuk, harus digabungkan ke dalam Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1950.
Perjuangan Mangkunegara VIII untuk mempertahankan aset- aset Mangkunegaran yang daimbil alih sepihak pengelolaannya oleh pemerintah dijalani dengan menempuh jalur hukum. Meski pada akhirnya kalah di pengadilan, Mangkunegara VIII tetap menjalankan roda pemerintahan Mangkunegaran dengan berbagai upaya.
Mangkunegara VIII dalam kancah kesenian sangat berjasa dalam menggali dan menghidupkan kembali Tari Bedaya Anglir Mendung, sebuah tarian ciptaaan Mangkunegara I yang sempat menghilang. Selain itu, Mangkunegara VIII juga menciptakan sebuah tarian kerakyatan yang dikenal dengan Tari Gambyong Retno Kusumo.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Mangkunegara VIII selalu melihat potensi kerabat Mangkunegaran. Itu beliau wujudkan dengan mendirikan Himpunan Kerabat Ageng Mangkunegaran Suryosumirat, mendirikan Mangkunegaran Palace Hotel, mendirikan Koperasi Keluarga Mangkunegaran dan membentuk tim Kepala Dinas Urusan Istana Mangkunegaran dengan tugas kirab pusaka dan jamasan pusaka dalem serta ziarah di kuburan leluhur Mangkunegaran.
Ketertarikan Mangkunegara VII di bidang seni ditunjukkan dengan adanya perusahaan pembuat gamelan sekaligus menjualnya. Beliau juga memerintahkan menerjemahkan buku-buku di Rekso Pustoko dari bahasa Jawa ke bahasa latin.
Mangkunegara VIII wafat di Surakarta pada tanggal 2 Agustus 1987. Beliau dimakamkan di Astana Girilayu, Kabupaten Karanganyar
Leave a Reply