Puro Mangkunagaran, atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya>

Motif Batik Mangkunegaran

Kegiatan membatik pada awal abad ke-20, Leiden University Library

Kota Surakarta memiliki dua kerajaan pewaris Dinasti Mataram, yakni Kasunanan dan Puro Mangkunegaran. Meskipun menepati wilayah yang sama, keduanya memiliki motif batik yang berbeda. Baik, Kasunanan maupun Puro Mangkunegaran memiliki ciri khas masing-masing,

Secara umum, batik Kasunanan terkenal dengan warna cenderung gelap, menyerupai hitam dan coklat. Sedangkan Puro Mangkunegaran menerapkan warna batik yang cenderung coklat kekuningan sehingga lebih cerah.

Ciri khas yang lain, batik Kasunanan diisi motif geometris dan berukuran kecil-kecil mengikuti pakem batik Mataram. Adapun motif batik Puro Mangkunegaran memiliki lebih banyak kreasi batik modifikasi.

Beberapa hasil kreasi seniman Mangkunegaran antara lain; Buketan Pakis, Sapanti Nata, Wahyu Tumurun, Parang Kesit Barong, Parang Sondhen, Parang Klithik Glebag Seruni, Liris Cemeng, sertaBuketan paris. Motif batik Mangkunegaran mengesankan keluwesan dibandingkan batik Keratonan yang masih mempertahankan motif-motif pakem untuk pakaian keluarga kerajaan. Madusari merupakan seorang penari Jawa yang membuat motif batik Buketan Paris. Ada pula Kanjeng Mangun Kusumo yang menciptakan motif Batik Liris Cemeng.

Pada awalnya batik dibuat oleh putri-putri kerajaan dan abdi dalem untuk keperluan kalangan istana, lambat laun kebutuhan untuk lingkup istana sendiri tidak tercukupi jika hanya mengandalkan hasil membatik dari putri kerajaan atau abdi dalem. Dimulailah batik menjadi usaha rumahan abdi dalem yang tinggal tak jauh dari kerajaan. Batik menjadi cepat populer, mulanya hanya diproduksi untuk keperluan keluarga kerajaan kemudian menjadi produk komoditi oleh para pembuat batik. Batik tak hanya hasil sebuah kreasi bernilai seni tinggi, namun telah menjadi penanda status sosial masyarakat Jawa.

Selama ini kerajaan-kerajaan di Jawa termasuk Puro Mangkunegaran telah menjadi sebuah simbol kota. Keberadaannya memiliki peranan penting sebagai penjaga jantung budaya kota, salah satunya tradisi batik.

Paska batik diperbolehkan berkembang di luar kerajaan, batik memiliki modernitas khasanah budaya meski tidak meninggalkan karakternya. Batik merupakan sebuah doa dan harapan yang ditorehkan para pembatik sehingga kain-kain itu memiliki jiwa. Manusia membutuhkan doa untuk mengisi jiwa dan menjalani setiap langkahnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*