Puro Mangkunagaran, atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya>

Perusahaan Serat Nanas Mojogedang Mangkunegaran

Tanah- tanah di Vorstenlanden (tanah kerajaaan) menjadi daya tarik bagi pengusaha asing untuk menanamkan modalnya dibidang perkebunan. Tanah tersebut digunakan untuk mengembangkan komoditas ekspor seperti kopi, tebu, serat nanas, tembakau dan teh. Pada masa Mangkunegara I hingga Mangkunegara III terfokus pada penataan hukum dan pemerintahan. Perubahan besar dalam bidang ekonomi terjadi pada masa pemerintahan Mangkunegara IV.

Langkah awal Mangkunegara IV adalah mendirikan pabrik gula Colomadu pada tanggal 8 Desember 1861 di daerah Malangjiwan. Setelah berjalan 10 tahun disusul dengan mendirikan pabrik gula Tasikmadu di daerah Sondokoro pada tanggal 11 Juni 1871. Perkembangan perusahaan mengalami peningkatan hingga pemerintahan Mangkunegara VII meskipun kerugian juga pernah dialami. Salah satu usaha mengembangkan perusahaan Praja Mangkunegaran adalah didirikannya pabrik serat nanas pada tahun 1922 di Mojogedang.

Onderdistrict (wilayah dibawah afdeeling) Mojogedang memiliki 13 desa dalam satu wilayah, antara lain: Sewurejo, Ngadirejo, Mojogedang, Pojok, Mojoroto, Kaliboto, Buntar, Gebyog, Gentungan, Pendem, Pereng, Munggur, dan Kedungjeruk. Mojogedang memiliki ketinggian terendah 380 dpl (diatas permukaan laut) dan tertinggi adalah 500 dpl. Wilayah Mojogedang yang subur dan air yang memadai membantu perkembangan tanaman serat nanas (agave) tumbuh baik. Atas pertimbangan ini Mangkunegara VII mendirikan pabrik serat nanas di wilayah Mojogedang. Jiwa bisnis Mangkuneara VII membaca trend bahwa serat nanas merupakan kebutuhan ekspor sebagai bahan baku tekstil yang laku keras di pasaran Eropa. Serat nanas memiliki kualitas yang baik serta memiliki permukaan yang halus. Selain itu serat nanas juga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat tali.

Pada awal berdirinya, pabrik serat nanas Mojogedang menghadapi banyak kendala, diantaranya belum dikenalnya budidaya serat nanas oleh penduduk, keterbatasan bahan baku, angkutan yang kurang memadai sehingga tidak banyak daun serat nanas yang sampai ke pabrik.

Di samping kendala di atas, perusahaan perkebunan juga membutuhkan modal besar untuk eksploitasi berbagai keperluan perusahaan dan perkebunan. Tertarik keuntungan bisnis perkebunan dan kepercayaan Mangkunegaran dalam mengelola perusahaan, De Javanese Bank dan Nederlands Indische Handelsbank memberikan bantuan sebagai modal untuk pembangunan pabrik di sekitar Vorstenlanden diantaranya pabrik gula Colomadu, pabrik gula Tasikmadu, pabrik kopi Kerjogadungan, pabrik serat nanas Mojogedang dan pabrik beras di Polokarto.

Mangkunegara VII serius dalam mengelola perusahaan serat nanas di Mojogedang. Itu nampak sejak tahun 1922 perusahaan ini dikelola oleh administratur sebagai pemimpinnya. Setiap administratur membawahi beberapa kademangan, setiap kademangan dibagi dalam beberapa kabekelan. Setiap kabekelan membawahi lima pedukuhan dan di atas administratur duduk seorang Superitendent Eropa atau inspektur.Masing-masing mengawasi 12 distrik yang bertanggung jawab langsung terhadap raja.

Perolehan lahan perkebunan serat nanas Mojogedang diawali dengan memanfaatkan lahan milik perkebunan kopi Kerjogadungan Mangkunegaran. Oleh Mangkunegoro VII lahan-lahan yang kurang produktif bagi tanaman kopi dimanfaatkan untuk menanam tanaman serat nanas. Penanaman tanaman serat nanas Mojogedang dilakukan pertama kali di lahan seluas 20,09 ha pada tahun 1920. Selama kurun waktu tiga tahun atau 1923 luas lahan tanaman serat nanas menjadi 330,47 ha. Luas lahan tanaman serat nanas mengalami masa kejayaan tahun 1932 mencapai 1.069,36 ha. Adapun hasil serat nanas tahun 1931 mencapai 12.059 kwintal sedangkan tahun sebelumnya (1930) sebesar 8069 kwintal. Perusahaan serat nanas Mojogedang mengalami tiga kali keuntungan, yaitu tahun 1928, 1929 dan 1936. Selain tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian yang bervariatif. Keuntungan (bruto) pabrik pada periode 1923-1929 sebesar f 86.600.

Jenis tanaman serat nanas yang dikembangkan perkebunan serat nanas di Mojogedang ada dua jenis yaitu cantala dan sisal. Perbandingan jenis tanaman yang dikembangkan jenis cantala cukup banyak dibandingkan jenis sisal. Permintaan serat jenis cantala paling banyak dibutuhkan oleh pasar luar negeri. Perusahaan serat nanas Mojogedang mampu menyumbang 25% dari ekspor serat nanas dunia, meskipun diimbangi pasang surut ekspor. Perusahaan serat nanas Mojogedang hanya memisahkan serat nanas dari daunnya. Proses pengerjaan serta pemintalan dilakukan di negara-negara tujuan ekspor meliputi Belanda, Inggris, Jerman, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Australia.

Produksi serat nanas yang termasuk komoditi ekspor telah mampu memberikan tambahan pendapatan bagi Praja Mangkunegaran. Di samping itu dengan naiknya pendapatan praja, otomatis juga membawa perubahan bagi kondisi masyarakat. Perubahan tersebut diantaranya dikenalnya mata uang serta gaji pada masyarakat. Dengan adanya perusahaan serat nanas dibangun fasilitas desa guna menunjang kebutuhan masyarakat Mojogedang yaitu pembangunan sekolah desa, bank desa, pasar desa, pembangunan jalan dan penyediaan sarana transportasi.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*