
Sebelum Mangkunegaran menggemparkan dunia militer di Jawa dengan kekuatan pasukan elit modern bernama Legiun Mangkunegaran, telah hadir prajurit estri (pasukan perempuan) yang merupakan warisan dari Sultan Agung. Warisan itu kemudian diteruskan oleh Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I. Prajurit estri beranggotakan perempuan muda dan cantik yang mahir berperang. Mereka memiliki keahlian perang seperti memainkan tombak, pedang, dan menembak.
Prajurit estri pandai menunggang kuda dan mampu menembakkan senapan dengan tepat sasaran. Pada umumnya, keterampilan mereka lebih tinggi dari prajurit lelaki terlatih pada masa itu. Pasukan ini layaknya pasukan khusus yang bisa melakukan berbagai tugas-tugas rahasia.
Namun di sisi lain, prajurit estri itu tetap menampakkan sifat asli putri Solo yang terkenal lemah lembut. Mereka tidak hanya dilatih memainkan senjata dan berperang, tetapi juga menari, menyanyi, dan memainkan alat musik.

Di balik kehebatan prajurit estri, terdapat orang yang membentuknya. Para perempuan desa itu dilatih keprajuritan oleh Pangeran Sambernyawa. Mereka juga dipimpin oleh panglima perempuan pemberani bernama Matah Ati.
Siapakah Matah Ati? Beliau adalah istri Pangeran Sambernyawa. Matah Ati selalu setia mendampingi perjuangan gerilya Pangeran Sambernyawa melawan VOC-Belanda. Beliau dikenang sebagai panglima prajurit estri.
Prajurit istri berisi prajurit caping, prajurit gendewa dan prajurit senapan. Salah satu peristiwa pertempuran besar terjadi di kemiringan bukit di Desa Selogiri, Wonogiri. Peristiwa tersebut bergolak pada era awal 1700-an ketika Pangeran Sambernyawa bergerilya melawan kekuatan kolonial.
Diceritakan dalam peperangan mereka membaur dengan pasukan Pangeran Sambernyawa. Dengan formasi setengah lingkaran, mereka mengepung tentara Belanda. Terjadi peperangan seru antar kedua belah pihak. Meski banyak jatuh korban, pada akhirnya perang besar itu dimenangkan oleh prajurit estri.
Prajurit estri dapat dijadikan model untuk generasi muda dalam melihat nilai-nilai tradisi. Prajurit estri memiliki dua sisi yang saling melengkapi. Ia bisa menjadi perempuan yang lembut dan indah dalam menari. Namun, di sisi lain juga dapat menjelma menjadi perempuan yang tangkas ketika berperang. Prajurit estri menjadi simbol kesetaraan perempuan Jawa.
membaca ini saya jadi terinspirasi untuk menuliskan novel fiksi sejarah tentang prajurit estri