
Keberagaman budaya di Indonesia melahirkan berbagai kesenian yang sampai saat ini masih dilestarikan. Warisan budaya mulai seni pertunjukan, ritual dan perayaan sangat melimpah di Indonesia. Sebagai penerus dinasti Mataram, Mangkunegaran merupakan salah satu pusat pertumbuhan dan pengembangan kebudayaan Jawa yang terus melestarikan berbagai karya seni yang telah diciptakan oleh para leluhur.
KGPAA Mangkunegara I (1757-1795) merupakan pemegang tahta pertama di Mangkunegaran. Beliau memiliki keahlian dalam seni karawitan dan ahli memukul gamelan Kyai Kanyut. Setiap hari kelahiran Mangkunegara I, yaitu pada Minggu Legi diselenggarakan bermacam- macam seni pertunjukan antara lain seni tari, wayang kulit dan wayang orang.
Kecintaan Mangkunegara I pada bidang kesenian mendorongnya untuk menghimpun dan membentuk kelompok-kelompok seniman yang terdiri dari seniman wayang, seniman tari, dan seniman pengrawit. Kesenian wayang orang yang tersohor merupakan buah karya Mangkunegara I. Waktu itu pemain wayang orang terbatas pada abdi dalem. Pertama kali wayang orang dipentaskan secara terbatas dan dinikmati oleh kerabat dan punggawa. Awalnya, pakaian penari sangat sederhana, tidak jauh berbeda dengan pakaian adat Mangkunegaran. Latihan dan pertunjukan kesenian seperti wayang kulit dan wayang orang bertujuan untuk menyampaikan ajaran-ajaran luhur, hiburan, dan apresiasi.
Sebagai seorang pujangga, Mangkunegara I telah membuat beberapa karya besar yang mengandung ajaran utama bagi kerabat, punggawa dan abdi dalem. Salah satu karya besarnya adalah Palagan, di dalamnya berisi cerita pengalaman pertempuran Mangkunegara I dan pasukannya untuk mempertahankan Mataram dari penguasaan Belanda. Palagan kemudian digubah dalam bentuk tari Bedhaya Mataram Senopaten yang sekarang dikenal dengan nama Beksan Bedhaya Anglirmendung, ditarikan oleh tujuh orang penari perempuan.

Karya lain Mangkunegara I berupa gamelan Kyai Udan Riris (slendro), Kyai Udan Arum (pelog), Kyai Kanyut (slendro) dan Kyai Mesem (pelog), gong Kyai Angun-angun, gamelan Kyai Pamedharsih (kodok-ngorek), gamelan Monggang Pakurmatan Kyai Segarawindu, gamelan Kyai Tambahoneng (slendro, pelog), dan Kyai Galaganjur (bendhe perang).
Karya-karya seni Mangkunegara I bernilai tinggi. Baik pada masa perang maupun damai, karya seni mendapat perhatian utama. Dalam kondisi perang, Mangkunegara I menyempatkan menggelar pertunjukan tari beserta iringan gendhing dan sindhen yang bertujuan memberi semangat dan hiburan kepada pasukan. Nilai yang tersirat dari pementasan tersebut tentu saja tidak dapat dilepaskan dari jiwa dan kecintaan Mangkunegara I terhadap seni pertunjukan. Pertunjukan yang digelar tidak hanya memberi hiburan, tetapi juga memberikan semangat bertempur dan keyakinan diri terhadap pasukan. Dari sisi lain, hal tersebut menunjukkan betapa tajam penglihatan Mangkunegara I, khususnya tentang manfaat kesenian dalam menghilangkan ketegangan. Hilangnya ketegangan pasukanberarti memberikan rasa percaya diri yang lebih besar dan secara tidak langsung kekuatan pasukan bertambah besar.
Perkembangan seni pertunjukan masa Mangkunegara I menggambarkan betapa dinamis kehidupan seni di Mangkunegaran. Berbagai karya besar Mangkunegara I merupakan dasar dari perkembangan kesenian selanjutnya. Seni pertunjukan terkandung berbagai ajaran maupun piwulang bagi generasi berikutnya, tidak hanya terbatas pada kerabat dan abdi dalem, melainkan juga bagi masyarakat.
Leave a Reply