Puro Mangkunagaran, atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya>

Wayang Orang Mangkunegaran

Pertunjukan Wayang Orang Mangkunegaran 1910-1925, Koleksi Tropenmuseum

Wayang orang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa, khususnya Jawa Tengah. Cerita yang dimainkan didasarkan pada kisah Mahabrata dan Ramayana yang mengandung pesan moral dan telah menyatu dalam jiwa masyarakat.

Istilah wayang orang dijumpai dalam prasasti Wimalasmara (tahun 930 M) dan prasasti Balitung (tahun 907 M) yang menunjukan bahwa pada zaman Mataram Kuna sudah ada pertunjukan wayang orang yang membawakan wiracarita Mahabarata dan Ramayana.

Kata wayang berarti bayangan, sedangkan orang adalah pemeran tokoh dalam wayang. Wayang orang berarti sebuah pertunjukan drama tari yang dipentaskan oleh manusia. Wayang orang menggambarkan epos Mahabarata dan Ramayana yang diwujudkan dan diperankan langsung oleh manusia dalam penokohan. Wayang orang dapat disebut drama atau teater tradisional Jawa yang mempunyai ciri adanya dalang, tema cerita atau lakon, pemain, penonton, musik, dialog berbahasa Jawa disertai gerak tari.

Jauh sebelum Wayang Orang Sriwedari mengalami zaman keemasan. Mangkunegaran sebagai penerus dinasti Mataram telah membuat drama tari wayang orang. Lahirnya wayang orang di Mangkunegaran berkaitan dengan masa Renaissance Kasusastraan Jawa (abad ke 18-19) yang ditandai dengan penulisan kembali Kakawin dalam bahasa Kasusastraan Jawa baru.

Awal mula wayang orang di Mangkunegaran muncul pada masa Mangkunegara I (1757-1796). Beliau menciptakan wayang orang bertujuan memotivasi rakyatnya untuk melawan pemerintahan kolonial Belanda. Wayang orang mengalami pasang-surut pada masa pemerintahan Mangkunegara II dan Mangkunegara III. Kebangkitan kembali wayang orang terjadi pada masa Mangkunegara IV (1853-1881), bersamaan dengan munculnya Langendriyan yang digunakan sebagai sajian sakral di istana. Wayang orang Mangkunegaran mengalami masa kejayaan pada masa Mangkunegara V (1881-1896).

Wayang Orang Mangkunegaran dipentaskan pertama kali pada tahun 1760. Ketika itu wayang orang hanya dinikmati oleh kerabat Mangkunegaran dan para punggawa. Pemainnya adalah para abdi dalem Mangkunegaran. Seluruh penarinya adalah laki-laki putra-putra kerabat dan abdi dalem. Pakaian yang dikenakan tidak jauh berbeda dengan pakaian adat Mangkunegaran sehari-hari. Lakon pertama yang diciptakan Mangkunegara I adalah Wijanarka. Sejak kemunculannya, wayang orang penuh dengan muatan tentang ajaran hidup dan keagamaan.

Wayang orang Mangkunegaran disajikan pada acara atau upacara khusus di istana, seperti ulang tahun dan penobatan Mangkunegara serta perhelatan keluarga Mangkunegaran. Misalnya acara khitanan putra Mangkunegara IV yang bernama Kanjeng Sudibyo dan Kanjeng Suyitno pada tanggal 16 April 1868. Pada acara itu diadakan pertunjukan wayang orang dengan lakon Wahyu Makutharama. Penontonnya terdiri dari para kerabat, pejabat Mangkunegaran, abdi dalem dan pejabat pemerintahan Belanda.

Kejayaan wayang orang Mangkunegaran terjadi masa Mangkunegara V. Beliau adalah seorang seniman yang membuat kesenian istana hidup dan lebih semarak. Wayang orang Mangkunegaran mengalami perkembangan dalam hal busana, pemain dan lakon-lakon yang dimainkan. Perkembangan busana wayang orang mengikuti perwujudan busana wayang kulit purwa. Penciptaan busana baru itu diilhami oleh Patung Bima dan relief-relief pada Candi Sukuh, antara lain: makutha, kelat bahu, sumping, praba, dan uncal badhong. Dengan perubahan busana ini, memberi kemudahan bagi penonton untuk membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lainnya.

Pada masa Mangkunegara V telah terjadi perubahan fungsi pementasan wayang orang yang semula memiliki fungsi sakral menjadi fungsi hiburan. Pergeseran fungsi pementasan wayang orang tidak lepas dari peran Mangkunegara V sebagai seniman yang memperhatikan unsur dramaturgi dimana pertunjukan wayang orang mengedepankan karya dramatik untuk memunculkan daya tarik penonton.

Selain busana, perubahan juga terjadi dengan menampilkan pemain perempuan dalam wayang orang. Pemain perempuan yang dikenal memiliki sifat halus, luwes, lebih romantis sehingga mampu mengekspresikan diri sesuai dengan tokoh yang diperankan. Maka pentas wayang orang akan lebih hidup dan memikat penonton sebagai bentuk seni hiburan. Tampilnya penari perempuan merupakan terobosan baru, karena di daerah lain belum ditemukan. Mangkunegara V sangat menghargai peran perempuan. Pandangan beliau yang mendukung kesetaraan perempuan mengilhaminya melakukan penataan kembali seni-seni pertunjukan, terutama dalam menghadirkan peran perempuan. Kehadiran peran perempuan dalam wayang orang, dijadikan momentum Mangkunegara V dalam melukiskan kondisi sosial masyarakat Surakarta. Disamping itu, Mangkunegara V juga pencetus peran campuran dalam pertunjukan wayang orang yakni kerabat, abdi dalem dan penari perempuan.

Perubahan Wayang Orang Mangkunegaran tidak terbatas pada perubahan busana dan penari, melainkan juga penciptaan naskah lakon. Selain menampilkan lakon-lakon pokok dari epos Ramayana dan Mahabarata, Mangkunegara V melakukan pembaharuan dengan menampilkan lakon-lakon carangan. Carangan diartikan lakon wayang yang keluar dari jalur pakem (standar) tetapi para pemeran dan tempat dalam cerita carangan tetap menggunakan tokoh-tokoh wayang purwa berdasarkan Mahabarata atau Ramayana. Tidak kurang 15 lakon Carangan wayang orang diciptakan oleh Mangkunegara V.

Pada masa Mangkunegara V pementasan wayang orang dapat dinikmati terbuka untuk umum. Wayang orang juga digunakan sebagai saluran komunikasi antara Mangkunegara dengan masyarakat di wilayah Surakarta.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*